My photo
Penyuka berceloteh tentang spontanitas dan penggila kata meski tak suka bahasa. Sosok hitam pecinta keeksotisan alam, gila trip ala backpacking. Debur ombak dan dinginnya pegunungan yang jadi kepuasan dikala senggang.

Pendakian Kedua .. Gn Papandayan 29-30 Jan 201

Berawal dari rayuan teman untuk kedua kalinya menginjakkan kaki digunung, setelah sebelumnya pendakian pertama di Gunung Gede. Kali ini saya terhanyut oleh bujuk rayu menapaki gunung yang katanya indah namun tidak terlalu capek untuk mendakinya. Sepakatlah kami ber8 berangkat menuju kabupaten Garut Jawa Barat sekitar 3.5 jam dari jakarta untuk memulai pendakian ke Gunung Papandayan yang notabenenya waktu itu masih berstatus siaga 1, edan. Bermodalkan niat dan rasa kecintaan terhadap alam, dini hari setengah 3 kami berangkat, mata ngantuk dan capek setelah sehari sebelumnya bekerja tak menurunkan semangat untuk berpetualang.

Dengan mobil yang sengaja kami sewa untuk 2 hari ini, kami melaju dengan rasa tidak sabar sampai ditempat tujuan. Setiap perjalanan selalu saja ada halangan, begitu juga perjalanan kami sempat terhenti karena ban mobil yang kami sewa seharga 700ribu itu kempes. Hikmahnya, satu diantara kami yang menjadi sopir juga bisa beristirahat sejenak, begitu dengan saya dan satu rekan saya yang duduk ala kadarnya di jok belakang bertumpukkan keril perbekalan kami. Setelah urusan ban beres, kami lanjutkan perjalanan menuju parkir gunung papandayan yah kira-kira masih satu jam dari posisi terakhir kita menambal ban tadi, dengan jalanan yang sangat tidak layak untuk dilalui, aspal yang yang sudah bolong disana sini, serta batu-batuan yang berserakan disepanjang jalan.

Sampai di parkir Gn. Papandayan, kami bersiap-siap dengan segala perbekalan kami sambil mencari makan pagi, hanya ada dua pilihan nasi goreng dan ind*mie goreng, ditambah beberapa goreng-gorengan cukup untuk cadangan energi kami menghadapi tanjakan. Setelah semua siap, perjalanan kami lanjutkan dengan berjalan kaki lengkap dengan keril dipunggung kami, kondisi medan yang kami hadapi berupa hamparan tanah vulkanik yang seakan benar-benar menunjukkan kita sedang berada di gunung berapi yang sewaktu-waktu akan memuntahkan laharnya, ditambah dengan kepulan asap belerang yang baunya benar-benar menusuk hidung dan bikin pusing, suara gemuruh kawah membuat semangat kami sedikit tergoyahkan apalagi memang dari awal kami tau, Gn ini dalam status Siaga 1. Namun akhirnya keinginan untuk mendaki yang membuyarkan ketakutan itu, perjalanan kami lanjutkan ditengah teriknya matahari. Sampai kira-kira 20 menit sebelum kami tiba di tempat camping, mendung tebal datang dan membuyarkan awan-awan putih yang memutihkan kebiruan langit kala itu. Nafas ngos-ngosan namun kaki belum begitu capek kami buru-buru mendirikan tenda takut hujan akan datang segera. Disisi lain saya hanya tersenyum ternyata perkataan rekan saya gunung ini indah tapi tidak begitu capek benar adanya.

Ternyata hujan hanya lewat dan setelah itu pergi entah kemana, tenda selesai urusan dalam tenda serta perbekalan sudah dibereskan dan itu berarti saatnya memikirkan perut, yakk kami membongkar perbekalan kami termasuk trangia (sebuah kompor khas petualang) serta bahan makanan yang kami bawa (bakso, sayur mayur, nuget ,beras serta semur daging sapi). Saat-saat seperti inilah yang selalu saya rindukan ketika berada ditengah kesibukan jakarta, tenda, masak makanan dengan alat seadanya, makan bersama dengan alas seadanya dan beratapkan hamparan langit, ahh sangat menyenangkan. Weitsss, tapi belum sempat kami selesaikan makan siang kami, hujan kembali datang tapi kami tetap kekeh untuk makan diluar tenda dengan beratap payung dan ponco. Kelihatannya hujan kali ini tidak main-main seperti sebelumnya, makin deras dan anginya makin kencang, ya ya ya berarti memang harus masuk ketenda untuk kali ini. Ternyata benar, setelah ditunggu beberapa waktu hujan tak kunjung reda, tanpa dikomando semua diantara kami sudah terlelap tanpa sadar, hingga rasa dingin terasa diperut saya, ah sial ternyata ada air yang merembes masuk ke tenda tepat diatas saya. Hujan di luar tidak kira-kira derasnya, angin juga ikut-ikutan unjuk aksi dengan kencangnya. Sampai akhirnya semua dibangunkan untuk berbagi tempat duduk karena ada beberapa tempat yang merembes, bahkan dari alas terpal kamipun ikut keluar air, untung ada matras jadi keril dan tubuh kami masih terbebas dari rembesan tersebut.

Sore itu niatnya ada hamparan cahaya kuning dari pantulan matahari tenggelam, namun apa mau dikata gerimis masih menyelimuti area perkemahan kami. Tapi mau tidak mau saya harus keluar mengambil air wudhu untuk sholat ashar dan jama' sholat dhuhur. Dingin pastinya, tapi disitulah seru nya .. dan sampe malam ternyata hujan juga tak kunjung reda padahal perut kami sudah mulai protes, diputuskan untuk memasak didepan tenda yang masih kebagian atap dari terusan tenda. Selagi tim cewek memasak, kami para cowok sibuk main kartu gebrak dan kartu setan sambil berkelakar bebas khas di alam. Obrolan dari tema apapun telah dibicarakan bahkan karaokean dengan modal ipod touch plus portable sound dilakoni. Sampai pada akhirnya tim cewek memanggil kami untuk bersantap malam dengan satu piring besar penuh makanan untuk kita santap ber4, ah tapi ini bukan masakan india yang cocok untuk dimakan bebarengan seperti itu, dengan sendok hanya satu kami bergantian menyuapkan hidangan malam itu, ahhhh saya senanggg ini yang saya suka , kebersamaan yang indah.

Hujan malam itu tak menyurutkan kami untuk bersabar menunggu sampai reda, terbukti setelah beberapa lama hujan berhenti, berganti dengan berbagai gugusan bintang yang siap kami nikmati. Inilah yang kami tunggu, indahnya malam bersama bintang serta kedamaian suasana pegunungan yang tidak kami temukan di ibu kota. Hati dan pikiran benar-benar tenang, hidung dimanjakan dengan aroma segar udara pegunungan, keheningan jauh dari hiruk pikuk kendaraan yang berjejal. Enaknya melamun, bersenandung dan kontemplasi memang, ahh semua lamunan buyar ketika hujan kembali datang, yasudahlah memang sudah saatnya mengistirahatkan badan, tidur selonjoran, badan masuk sleeping lengkap dengan kaki berbalut dua kaos kaki, tangan berbalut kaos tangan, jaket 2 lapis, penutup kepala dan syal dileher,,dannn siap bermimpi untuk malam ini.

Sahutan dengkuran dari dua teman yang seakan jor-joran pembuktian dialah yang paling jago mendengkur menjadi aksesoris malam. Ah biarlah mungkin mereka sangat capek dan hidung buntu karena dingin memaksa mereka bernafas melalui mulut dengan nada yang keluar. Lama-kelamaan suara itu menghilang, entah mereka berhenti mendengkur atau kuping saya sudah beralih fungsi ke dunia yang lain,,mungkin yang kedua lah yang lebih tepat.

Pagi itu kembali saya bangun paling pagi karena harus sholat subuh, meski setelah itu melanjutkan molor lagi dan terbangun saat diluar tenda sudah ramai ternyata kami punya tetangga beberapa tenda. Pagi itu kami nikmati dengan menikmati suasana pagi hamparan rumput serta bungan edelweis yang sayang sekali masih kuncup. Foto-foto? itu sudah pasti menjadi aktifitas mandatori setiap trip yang saya jalani hehe. Indah sekali memang pagi itu, cuaca cerah, udara segar dan mungkin ditambah dengan freshnya pikiran kami menambah lengkap suasana ini.

Pagi ini sengaja kami tidak memasak karena memang mau berberes dan turun tepat jam9 pagi. Masih ada objek yang memungkinkan kami kunjungi sembari turun ke parkir mobil kami yaitu curug. Wait, ada yang beda rasanya saat turun ini, keril saya jauh jauh jauh lebih berkurang bebannya tidak seperti waktu naik kemarin, pastinya air mineral 4 botol 1.5literan serta beberapa cemilan sudah musnah dari keril saya dan itu berarti saya bebas melenggang santai menikmati sepanjang perjalanan ini. Entenggggg sangat enteng malahhh.. :)

Perjalanan turun terhenti secara terencana di air terjun yang airnya minta ampun dinginnya. Bermain air, foto dan menikmati pemandangan memang sangat asoy dilakukan saat seperti ini. Bermalas-malasan menjadi pilihan sekaligus melepas lelah barang sejenak sebelum akhirnya perjalanan turun dilanjutkan. Sepanjang perjalanan hanya canda tawa, lenguhan nafas dan berfoto yang melengkapi perjalanan kami. Perjalanan selama 1.5 jam itu lumayan membuat kami ngos-ngosan bukan hanya karena capek berjalan tapi hirupan belerang ketika melewati sekitar kawah lah yang membuat kepala sedikit pusing. Sampai di parkir mobil kami semua melepas semua keril dan memesan beberapa makanan kecil untuk mengganjal perut kami sebelum akhirnya melanjutkan perjalanan dengan mobil ke saung tempat makan yg kira-kira kami tempuh selama setengah setengah jam dari posisi terakhir. Tidak ada yang terlalu spesial di saung ini, kami memesan menu yang sama yaitu nasi timbel ayam bakar cukup murah dengan merogoh kocek 25ribu kami puas menyantab menu tersebut.

Makan siang itu bukan menjadi persinggahan kami sebelum kembali ke jakarta, karena setelah ini kami akan mengunjungi pemandian air panas selain merilekskan otot-otot kami juga berniat menumpang mandi ditempat pembilasan pemandian tersebut. Kurang lebih sampe jam 6 sore kami berada dipemandian tersebut dan bertolak ke jakarta untuk bersiap menghadapi hari senin yang kata orang hari yang paling menjemukan.

Estimasi biaya :
a. sewa mobil : 700ribu
b. bensin : 400ribu
c. toll +parkir : 200 ribu
d. perbekalan makanan : 50ribu per orang
e. tiker masuk gn. papandayan : 4ribu per orang

Estimasi biaya per orang : 230ribu
blm termasuk :makan di saung, cemilan pribadi dan kolam pemandian air panas

Singa Putih 15-17 Jan '11

Kegemaran akan bertemu dengan tempat-tempat baru dan menemukan teman baru merayu kaki saya untuk terus melangkah. Terutama trip ala backpacker yang murah meriah budget minim tapi puas menyalurkan hobby. Namun, sedikit berbeda untuk trip kali ini, bukan karena saya sangat ingin mengunjungi negara ini, tapi iming-iming tiket murah oleh sebuah maskapai negara tetangga yang tiketnya sudah sempat kami booking setahun sebelumnya cukup dengan RP 270ribu PP saja, membawa saya dan 8 rekan saya yang lain terbang ke negara singa putih ini. Mungkin karena sudah terbiasa dengan trip-trip sebelumnya apalagi tujuan kali ini di perkotaan yang segala sesuatunya ada jadi tidak khawatir kalaupun ada yang tertinggal yang penting passport sudah masuk atau mungkin karena sebenarnya saya tidak terlalu menggebu untuk tujuan trip kali ini, alhasil baru 1jam sebelum berangkat ke bandara saya mengemasi beberapa barang yang harus dibawa ke dalam keril saya. Seperti biasa traffic jakarta yang selalu unpredictable memaksa jantung saya untuk berolahraga, sebelum akhirnya bisa sampai di bandara tepat setengah jam sebelum waktu check in ditutup.
Justify FullSetengah jam sebelum saatnya pesawat yang kami tumpangi berangkat, kami boarding setelah lolos melewati petugas imigrasi yang bertugas menyetempel passport perdana saya. Tidak ada yang istimewa didalam pesawat, hanya rasa heran muncul ketika awak pesawat menginformasikan sebentar lagi pesawat akan landing. Bukan gedung tinggi ataupun kerapian kota yang sering saya dengar akan image negara ini tapi yang nampak dari jendela hanya pantai yang tidak begitu terurus, berceceran beberapa sampah serta perahu nelayan yang terparkir tidak teratur. Sejenak hilang harapan, sampai akhirnya setelah ditunggu beberapa menit pesawat masih saja melaju meski ketinggian terbang sudah mulai berkurang. Wait, ini kenapa masih melewati laut lagi? ouh ya ya keheranan saya terjawab, ternyata yang tadi saya lihat adalah pemukiman di sebrang SIN, iyakk betul "BATAM".

Tiba di bandara international Changi, yang saya perhatikan pertama kali adalah orang-orang yang memenuhi bandara yg terkenal raksasa dan besar ini. Senyum kecil saja yang muncul dari respon saya, mayoritas mereka bertampang indonesia dan berdialeg kental dengan indonesianya. Sepanjang jalan keluar dari tempat parkir pesawat ini, hal yg sama yg saya temui, Indonesia. Jadi berpikir, salah satu pendukung kemakmuran singapura memang dari negara kita, entah dari kunjungan liburan maupun niat berobat ke rumah sakit terkenal di negara itu.

Sebagai informasi kami tinggal di daerah Orchad tepatnya di lucky plaza berdekatan dengan RS terkenal . Dengan merogoh kocek per orang Rp 385 ribu untuk 2 hari, tempat singgah alakadarnya bisa kami nikmati. Jangan berharap ada fasilitas yang special dengan harga murah itu, kamar mandipun di luar kamar dan harus berebut dengan penghuni kamar lain. Tapi kembali lagi tujuan kita trip untuk menikmati kondisi kota bukan untuk ngendon di kamar.

Kami tiba di penginapan setengah jam sebelum jam dinding menunjukkan pukul 6 sore (waktu SIN 1 jam lebih dulu dari IND, pdhal secara posisi garis bujur dia harusnya lebih lambat dari IND or atleast sama dengan WIB). Sekedar meluruskan kaki, menaruh keril, dan mencuci muka tanpa mandi, cukup ganti baju dan semprot parfum saja dan selanjutnya siap berangkat explore kota ini. Malam ini kita akan menuju ke "china Town" tentunya dengan transportasi andalan SIN yaitu MRT. Dari Orchad menumpangi MRT ke arah marina bay turun di dhoby ghout menyambung ke jalur ungu ke arah haropurfront turun di chinatwon. Kondisi daerah ini tak ubahnya dengan pasar tumpah yang becek dan berjubel banyak orang, suara riuh tak terkendali harus kami lewati kira-kira setengah jam sampai akhirnya kami temui jalanan yg cukup besar yaitu maxwell road. Disitulah kami mencari makan malam, meski dengan susah payah mondar-mandir kesana kemari untuk bisa mendapatkan makanan "halal". Menyerah dengan kondisi akhirnya kami menemukan stand yang setelah ditanya tidak menjual babi maupun mengikutsertakan minyak babi ke masakannya. Puas berada di maxwell road perjalanan kita lanjutkan ke Clarke Quay, tentunya dengan menumpangi MRT dan itu berarti kami harus melewati kerumunan orang di china town tadi. Mengambil jalur ke arah berlawanan hanya satu terminal saja kami sudah sampai di tujuan, lebih tepatnya tengah malam. Clarke Quay berada di sebelah sungai dan disebrangnya terdapat bangunan bertuliskan "River Side Point". Clarke Quay ini penuh dengan kerumunan orang juga hanya bedanya disini jauh lebih rapih dan bersih. Mungkin segment yang di tuju berbeda jauh dari pit stop kami sebelumnya. Tidak ada kebecekan dan suara riuh megaphone yang menawarkan barang dagangannya, yang ada hanya musik ajeb-ajeb disetiap stand yang ada, riuh dengan music dan orang berbincang serta teriakan histeris dari pengunjung yang menaiki permainan pemicu adrenalin "Gmax" yang dipatok dengan harga 30 dolar singapura alias 210ribu rupiah untuk permainan selama 5 menit itu. Duduk-duduk, ngobrol dan sesekali melamun lah yang menjadi aktifitas kami selama dilokasi ini sampai waktu menunjukkan jam 2 dini hari kami putuskan untuk kembali ke orchad dengan taksi (clarke quay - orchad : 8.5 dollar SIN or Rp 59.500).

Hari kedua di SIN saya mempunyai rencana sendiri dari rekan-rekan saya yang lain, saya lebih memilih berkunjung ke "IKEA" daripada ke "Universal Studio". Dengan bermodal peta dan mulut yang saya punya, sendirian ke menuju kawasan tampines (dari Orchad naek MRT ke arah Marina Bay turun di City Hall dan berpindah ke jalur hijau menuju ke arah tanah pasir dan turun di Tampines). Dari terminal tampines masih perlu untuk naik suttle bus yang disediakan gratis oleh kawasan perbelanjaan Giant dan Ikea. Hampir sesiang saya berada di pusat furniture dan alat-alat rumah tangga ternama di SIN itu. Hanya mupeng dan ngiler dengan perabotan yang ditawarkan, andai saja saya punya alat pengubah barang-barang besar menjadi kapsul yang dengan gampang bisa saya kantongi saya akan puas melenggang dari tempat itu. Setelah beberapa jam berada di IKEA saya kembali ke sekitar terminal tampines dan mencari makanan untuk mengganjal perut termasuk hunting titipan sabun "irish spring" yang sampai akhir perjalanan gak ketemu juga dengan sabun ini. Sampai akhirnya rekan saya sms ngajak bergabung di kawasan esplanade, jadi saya memutuskan untuk kembali ke penginapan untuk menaruh beberapa belanjaan, berers-beres sebentar dan menuju ke tempat janjian kami. Hanya perlu beberapa menit untuk sampai setelah menumpangi MRT arah marina bay dan berpindah ke jalur kuning di dhoby ghout menuju esplanade ternyata rekan-rekan saya belum muncul juga, jadi masih ada kesempatan untuk mengexplore daerah tersebut, berjalan tanpa arah tujuan mencari yang tidak jelas dan kembali ke posisi semula setelah beberapa menit berjalan untuk bertemu rekan-rekan saya yang lain.

Selang beberapa waktu kami bisa menemukan satu sama lain, dan menuju ke espalanade theater dimana bisa melihat marina bay pada waktu malam, kebetulan sedan ada konser musik disitu, membuat suasana makin asoy. Namun rasa lapar membawa langkah kita mencari makanan disekitaran situ dan sampailah di tempat makansutra gluttons bay, terdapat beberapa makanan halal ditempat tersebut dengan rasa sangat indonesia. Puas bercengkrama, rasa kantuk yang akhirnya memaksa kami mengalah d
engan hasrat cuci mata, kali ini kami memutuskan untuk mencoba naik bus saja untuk menuju orchad. Ternyata perlu jalan kaki dulu sebelum akhirnya sampai di penginapan. Dan hari kedua ini berakhir di kasur empuk dengan dengkuran kelelahan diantara kami.

Hari terakhir di SIN kami isi dengan explore esplanade, ke mer lion dan bercengkrama di lokasi tersebut serta melihat hotel yang konon katanya merupakan gedung pemerintahan kuno yang sekarang dipugar menjadi sebuah hotel yang amat mahal taifnya. Lelah berjalan sampai akhirnya kita putuskan untuk kembali ke orchad dan berkeliling, belanja dan sightseeing sampai sore. Tidak ada yg istimewa di hari terakhir ini, kami bersiap kembali ke jakarta dengan menumpangi pesawat dari maskapai yang sama yang mengantarkan keberangkatan kami di jam 10.11 malam waktu SIN.

















Biaya :
Akomodasi :
Ticket (promo AA,PP) : Rp 270.000
Penginapan (3hari) : Rp 385.000
Transport :
Damri (Lbk bulus-CKG) : Rp 20.000
Airport Tax (CKG) : Rp 150.000
MRT (Total ) : Sin $ 12 = Rp 84.000
Taxi (SIN) : total SIn $ 8,5 = @ Rp 2.1 = Rp 14.700
Taxi (CKG-Lbk Bulus) : Rp 125.000
Makan & Minum :
Makan : 7x @ SIN $ 3.5 = Rp 171.500
Minum : @botol : SIN $ 1.5 x 11 = Rp 115.500
Total Pengeluaran standart sebesar Rp 1.335.700
*) Rincian belum termasuk oleh-oleh dan cemilan