Entah benar atau salah tentang mitos kumbang dan kupu-kupu. Yang jelas ini baru pertama kali saya dengar. Berawal dari anak yg dibuang oleh ayahnya dihutan karena bisu dan tuli . Doa dia hanya ingin agar ayahnya dimaafkan, dia ingin ketemu ibunya. Akhirnya dia dijadikan kumbang oleh Tuhan dan bisa terbang ke istana. Sayangnya sampai di istana, ternyata terjadi kebakaran, semua habis dan dia melihat ibunya dkejar penjahat, yang bisa dilakukannya hanyalah berdoa agar ibunya tidak lagi dijahati oleh manusia, berubahlah sang ibu menjadi kupu-kupu. hmmm terlepas benar salahnya mitos ini, sempat membuat saya bengong. Glekk !!!
Kepolosan pemikiran anak-anak natural ditampilkan. Kelicikan, kenakalan dan kecerdikan bocah-bocah menjadi warna alur ceritanya. Dari pura-pura pingsan ketika disuruh push up dengan harapan selamat dari hukuman lanjutan akibat telat masuk kelas sampai sembunyi-sembunyi nangkring di pohon orang dan mencuri jeruk dari pohonnya.. Ngintip rok Bu gurunya ini lah keisengan yang paling parah, hukuman dari Pak Alim pun jadi langganan.
Kalimat yang dipilih dalam script juga saya suka, terkesan alami namun berisi. Beberapa dialog mengundang tawa karena serasa kocaknya tidak dibuat-buat, meski di beberapa sisi juga ada yang garing. Suasana perkampungan kental terasa, dialeg lantang "titi sjuman" , judes , cerewet..manteb. Putu wijaya juga berperan natural menjadi panutan anak-anak. Tapi paling pas dan cucok yg jadi peran bapaknya amek, lelaki kampung yang menjadi TKI ke malaysia untuk beberapa tahun, dengan gaya ngomong dan gayanya "besar" khas orang congkak yang pulang dari rantau.
Umbek, Achan, Amek, 3 bocah yang menjadi cerita di film karya anak bangsa ini lumayan bagus, pemilihan tokoh menurut saya pas. Persahabatan anak kampung yang kompak, saling mengalah namun sama-sama iseng membuat warna di tontonan ini. Pernah sekali waktu 1 diantara mereka, lagi mati gaya dan kepikiran nantinya ingin jadi nelayan saja, ide untuk memancing pada malam bulan pernama yang menurut dia harusnya banyak sekali ikan tiba-tiba muncul. 2 yang laen hanya senyum dan mengiyakan padahal mereka tahu teori itu sangat salah, ikan tidak akan ada yg dipermukaan ketika bulan terang. Pengakuan dosa pembohongan baru dilakukan setelah sekian lama mereka memancing dan sama sekali tidak didapatkan ikan. Kelakar tawa alami muncul bersama heningnya laut bulan purnama.
Di sisi lain, film ini menggambarkan nasib pendidikan dipelosok negeri dengan sistem pembelajaran dan fasilitas yang sangat senjang versus standart kelulusan yang disamaratakan. Kelulusan yg jadi patokan prestasi menjadi puncak kesedihan atas ketidakberhasilan. Tiap tahun mayoritas dari peserta ujian nasional tidak lulus, bahkan tahun ini 100% dari mereka tidak lulus. Kakak amek, si juara matematika tingkat kabupaten pun tidak bisa melanjutkan ke tingkat selanjutnya karena nilai ujian nasionalnya kurang untuk kategori lulus. Meski kematian yg terjadi bukan semata-mata karena ketidaklulusan,namun ini menjadi puncak kambing hitam atas sistem belajar mengajar. Kakak Amek meninggal akibat jatuh dari pohon yang penuh dengan gantungan angan anak-anak selurh kampung.
Namun, Ada alur yang aneh dalam film ini, selain alurnya agak kedodoran ada juga di satu bagian yang loncat. Yaitu ketika kudanya (namanya Smodeng) sudah ditunggangi kembali setelah dirampas oleh si pembeli jam palsu ayah mereka (namanya lukman). Dimana terdapat pada scene kakaknya Amek meninggal, tp kenapa setelah beberapa hari smodeng datang lagi ke rumah mereka seolah baru saja kembali setelah sekian lama dirampas oleh lukman. Mungkin sutradara punya pemikiran lain disinim tapi yang ada dipikiran saya sebagai penonton adalah seperti itu.
Terlepas dari acting dan alur cerita, yg saya suka dari serdadu kumbang ini menonjolkan keindahan alam (sumbawa) dan budaya lokalnya.